Kebanyakan orang menggunakan statistik seperti pemabuk menggunakan tiang lampu

Analitix Terbitan #1

Fidocia Wima Adityawarman
Analitix

--

Merintis produk digital

Buat bisnis, punya data itu penting. Punya data yang bisa ditindak itu penting. Punya kompetensi melakukan analisa untuk menentukan tindakan juga penting. Tulisan ini akan membantu anda membangun bisnis yang mempunyai tiga hal itu.

Ilmuan data, pembelajaran mesin, dan analis data

Jika anda adalah seorang analis data yang jadi gentar di hadapan ilmuan data, pembelajaran mesin, dan belantara kecerdasan buatan, coba baca tulisan Cassie Kozyrkov di HBR yang bilang kalau analis data bukan rakyat kelas dua.

Google Analytics kok kotor banget?

Menurut Datanyze, Google Analytics (GA) dan Google Universal Analytics menguasai pasar analitika web dan aplikasi dengan pangsa pasar sebesar 61%. Jika anda juga menggunakannya, tak peduli untuk blog pribadi atau produk serius, tulisan ini tak boleh dilewatkan. Membahas langkah-langkah supaya data di GA jadi lebih bersih. Mengatasi anasir-anasir seperti (Other) dan (not set), mengusir robot dan laba-laba, menghilangkan anomali dan duplikasi.

Pertanyaan wawancara Zynga

Katakanlah selama periode tiga bulan, DAU (pengguna aktif harian) meningkat tetapi MAU (pengguna aktif bulanan) menurun, bagaimana kamu mendekati problem ini dan kumpulan data apa yang akan kamu gunakan?

Saya menemukan pertanyaan ini ketika mencari bacaan tentang rasio antara pengguna aktif harian dengan pengguna aktif bulanan (DAU/MAU), yang nama lainnya adalah stickiness: seberapa nempel pengguna pada produk. Semakin tinggi persentasenya, dengan asumsi bahwa MAU stabil atau meningkat, berarti produk anda rutin dipakai oleh pengguna.

Retention

Beberapa jam di hari pertama saya bekerja di perusahaan yang produknya bisa diunduh dan digunakan secara gratis, saya berkenalan dengan makhluk mengerikan bernama retention. Sebuah metrik produk yang menunjukkan berapa persen pengguna yang kembali menggunakan produk setelah mereka mulai menggunakannya (bergabung atau instal).

Tulisan Brian Balfour Why Retention Is The Silent Killer menjelaskan bagaimana makhluk ini selain menghidupkan, juga bisa mematikan.

Menurut Brian, ada tiga kelalaian dalam usaha memelihara retention:

  1. Sama sekali tidak memprioritaskannya (Yha jelas)
  2. Keliru dalam mendefinisikan retention (Lah definisinya banyak?)
  3. Tidak turut memperhatikan metrik keterlibatan pengguna (himbauan untuk mendua?)

Segendang sepenarian dengan Brian, tulisan di situs seni Gamasutra ini menekankan pentingnya untuk terlebih dulu menanyakan “Berapa banyak pengguna yang balik menggunakan aplikasi kita?” sebelum memutuskan buang uang untuk memasarkannya dengan gila-gilaan.

Gila-gilaan, sederhananya seperti ini. Misalkan hari ini ada 100 pengguna mendaftar, lalu ada 10 pengguna yang log masuk di hari berikutnya, berarti retention hari pertama produk kita adalah 10%. Jika untuk mendapatkan (akuisisi) 100 pengguna kita mesti mengeluarkan uang sebesar Rp10.000,- per pengguna, berarti harga akuisisi di hari kedua untuk kumpulan pengguna yang sama naik menjadi Rp100.000,- per pengguna. 10 pengguna yang tersisa mesti bisa menghasilkan setidaknya uang yang terpakai untuk biaya akuisisi selain mereka sendiri, juga 90% pengguna yang pergi.

Analitika podcast atau format konten lainnya yang bisa dimainkan

The Markup — media nirlaba yang fokus menginvestigasi apa-apa yang dilakukan oleh perusahaan teknologi besar — bulan Oktober kemarin mengeluarkan laporan tentang Podcast. Artikel itu berjudul Apakah Podcast Favorit Anda Melacak Anda?. Di laporan itu ada kalimat “At least for now, podcasting is still a fairly private activity, in that it doesn’t produce much data on its own.” Kalimat itu sukar dipercaya sementara konsumsi konten video sudah bisa dilacak sedemikian detailnya oleh Facebook dan YouTube. Saya iseng menjawab cuitan mereka, mengiyakan bahwa ya memang perilaku konsumsi podcast bisa dilacak, dan begini cara melakukannya: Media Consumption Analytics. Itu tulisan saya sendiri (tidak pura-pura malu untuk promosi tulisan sendiri) yang isinya tentang bagaimana menyusun rencana pelacakan perilaku pengguna ketika mengonsumsi podcast dalam produk yang anda bangun.

Judul terbitan #1

Saya ambil dari postingan blog ini. Pertama kali ditulis oleh seorang penyair bernama Alfred Edward Housman pada tahun 1903. Kalimat yang mirip kemudian muncul di tahun 1937 yang dikaitkan dengan Andrew Lang, novelis dan penulis cerita rakyat Skotlandia.

Tiang lampu digunakan pemabuk sekadar sebagai pegangan ketimbang sebagai penerang.

Hi, Saya Ed. Terima kasih sudah berlangganan dan membaca nawala Analitix. Ini terbitan perdana. Saya sangat mengharapkan masukan dari anda terkait nawala ini. Terutama untuk menyesuaikan konten dengan kebutuhan pembaca. Sila ketuk di sini untuk beri masukan atau sekadar berkenalan.

Sampai jumpa di terbitan #2!

--

--

Fidocia Wima Adityawarman
Analitix

Product Analyst @ShowwcaseHQ (showwcase.com), based in Yogyakarta Indonesia. Writes about data, analytics, and crypto related articles on Medium.